Peran Indonesia apa?
Khulaify.com – Krisis lingkungan telah menyita
perhatian masyarakat dunia dewasa ini. Masyarakat global mulai
menyadari bahwa industrialisasi dan pembangunan yang berorientasi pada
pemenuhan ekonomi dan teknologi telah mengancam masa depan planet
bumi.
Kerusakan lingkungan yang berkelanjutan dengan skala ekstensif,
menuntut masyarakat global untuk bersatu guna menghadapinya dengan
berbagai macam cara dan disiplin keilmuan yang berbeda
Selain itu Indonesia juga merupakan PARU-PARU DUNIA yang berarti produksi sumber daya alam yang sangat melimpah. Indonesia juga berada di urutan atas sebagai penghasil dan pengekspor tenaga berbahan batu bara. Hutan, laut, gunung, semuanya turut andil dalam perubahan iklim ini.
Padahal semua sumber alam itu sangat penting adanya untuk mencegah terjadinya krisis iklim. Seperti pohon yang menyerap karbon hasil dari aktivitas manusia itu sendiri, juga menyerap sinar matahari untuk radiasi lingkungan yang sehat, dan menghasilkan oksigen. Pencemaran air, karhutla, curah hujan, merupakan sebagian dari akibat perubahan iklim ini.
Mengacu pada perjanjian Paris 2015, yang mengutamakan pengurangan emisi karbon dan limitasi suhu bumi naik tidak lebih dari 1,5 derajat celcius, itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Targetnya adalah pada 2030 emisi karbon dan senyawa lainnya yang membuat derajat bumi chaos, sebanyak 50%, kemudian 25% pada 2045, dan sisanya mungkin pada 2050-an, 25%.
Dilansir dari United Nation International Children's Emergency Fund (UNICEF), lebih dari satu miliar anak tinggal di negara-negara yang beresiko terdampak perubahan iklim ini akan menghadapi guncangan iklim yang signifikan, sektor pendidikan, ekonomi, dan kesehatan juga akan mengintai mereka.
Yang patut diperhatikan juga adalah mereka anak-anak yang tidak melakukan atau minim kontribusi emisi karbon justru akan mendapatkan dua kali lebih banyak dampak iklim nantinya.
Pengurangan Emisi Karbon mungkin terlambat bagi anak-anak, karena upaya itu memakan waktu puluhan tahun lamanya. Secara global, anaka-anak yang lahir pada tahun 2020 akan menghadapi 7 persen lebih banyak kebakaran hutan, 26 persen lebih banyak gagal panen, 30 persen lebih banyak banjir dan 30 persen lebih banyak kekeringan.
Lalu apa peran nyata Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia ini? Apakah sudah dicanangkan kebijakan-kebijakan dalam menghadapi perubahan iklim ini secara valid? Berikut ini beberapa tindakan yang sudah disiagakan dalam regulasi kebijakan publik
Rehabilitasi Mangrove Seluas 600.000 Hektar Sampai dengan Tahun 2024
"Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki cadangan karbon biru yang begitu besar, untuk itu kami terus berjibaku dalam merehabilitasi Mangrove sebagai salah satu sumbernya dan tentunya ini membutuhkan dukungan dari dunia internasional," Jelas Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Nani Hendiarti.
"Mangrove tidak hanya untuk mitigasi perubahan iklim, tapi memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir melalui ekonomi biru. Masyarakat pesisir dapat memanfaatkan produk turunannya untuk menambah pendapatan." lanjutnya.
Penerapan Energy Trantition Mechanism (ETM)
ETM ini adalah sebuah program untuk meningkatkan infrastruktur energi emisi nol karbon. Program ini bekerja sama dengan Bank Pembangunan Asia atau (ADB) terkait studi kelayakan dan rancangan penerapan ETM ini. ETM sendiri merupakan suatu bentuk pembiyaan campuran yang dirancang untuk mempercepat penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara untuk membuka investasi energi bersih.
Peran Indonesia bisa dibilang sangat krusial terkait climate change ini. Penggunaan bahan baku fosil harus segera dikurangi atau dihentikan, dan diperbarui dengan EBT (Energi Baru Terbarukan) yang ramah akan lingkungan, nol karbon, dan efisien. Mengakselerasikan infrastruktur EBT ini dan pendanaannya, dengan ongkos yang lebih murah untuk jangka panjang.
Karena bumi ini mengelilingi matahari setiap harinya, dan matahari adalah sumber energi yang dimanfaatkan kita setiap harinya. Jadi alangkah baiknya pemanfaatan dan pembangunan infrastruktur salah satu energi ini dapat dioptimalkan.
Memang tak mudah karena hal tersebut generasional. Namun, langkah tersebut merupakan solusi yang sangat konkrit dan fundamental, bukan hanya dari sisi jumlah pengeluaran karbon yang berkurang, tapi juga berkaitan dengan ekosistem dan kesehatan.
Belajar Dari Penduduk Adat
Populasi penduduk adat di Indonesia ini cukup banyak. Tersebar di seluruh provinsi, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Sumatera, dan lainnya. Mereka yang lifestylenya tidak terkontaminasi global dan tidak ada intervensi itu menjalani hidup dengan teratur, berkecukupan, dan bahagia fisik serta jiwa
.
Mereka sebenar-benarnya holobion yang tau menempatkan posisi pada alam semesta, di bumi ini. Mereka sebenar-benarnya menjaga nilai luhur bangsa. Mereka tidak merusak alam, tidak berlebihan, hidup sehat, tak membuat kacau. Mereka rukun, gotong royong, memanfaatkan alam juga menjaganya.
Memberi Akses Pendidikan, Terkhusus Untuk Perempuan
Karena perempuan nanti akan menjadi seorang ibu, dan mempunya anak. Tentunya ikatan batin sang ibu dengan anaknya sangatlah kuat. Keberadaan ibu juga sangat penting untuk anak karena waktu bersamanya lebih banyak. Maka dari itu jika perempuan diberi pendidikan yang tepat dan edukasi yang benar, hal itu akan menambah aksi positif untuk ke depannya terkait iklim.
Melakukan Penanaman Hutan Dalam Skala Besar
Hutan adalah jantung kehidupan bagi dunia ini. Hutan merupakan sumber daya alami yang harus dijaga dan diperkembangkan. Hutan dapat memberikan oksigen, menyerap karbon, menghasilkan kebutuhan manusia dengan sandang pangan papan, juga sebagai rantai ekosistem.
Tidak adanya hutan atau minimnya jumlah hutan yang seharusnya menjadi ekosistem itu akan membuat rantai kehidupan makhluk hidup terganggu. Menanam hutan kecil pun juga bisa dilakukan di rumah.
Menerapkan Hukum Sebagai Landasan
Peran hukum cukup penting. Pasalnya sistem hukum adalah salah satu senjata terkuat dalam memerangi para pencemar lingkungan, khusunya perusahaan-perusahaan besar yang terus menyumbang polusi.
Para pengacara iklim turut andil dalam sistem kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan besar dengan menggunakan aturan ketenagakerjaan, hak asasi manusia, kesehatan, dan lain sebagainya.
Menanam Bambu dengan Skala yang Terstruktural
Bambu merupakan tumbuhan yang paling cepat tumbuh di dunia. Bambu dapat meninggi satu meter per harinya. Tanaman Bambu juga dapat menyerap karbon lebih banyak dari pohon biasanya. Bambu juga dapat mengurangi risiko banjir, mencegah erosi, meningkatkan kesuburan tanah, dan juga tahan dengan hama.
Bambu yang direkayasa juga bisa lebih kuat daripada baja. Selain untuk bahan mebel dan furniture, bambu juga bisa sebagai bahan alternatif yang berkelanjutan dan rendah karbon, untuk menggantikan baja, alumunium, pipa atau PVC, dan beton.
Peran kesadaran sumber daya manusia sangatlah penting, juga dengan perkembangan teknologi. Teknologi yang diterapkan untuk infrastruktur dan komponen-komponen study iklim itu membutuhkan pendanaan.
Pergerakan masif pun sudah banyak dilakukan oleh warga Indonesia secara mandiri. Baik itu skala besar maupun perorangan, baik darat maupun air. Namun, pendanaan juga sangatlah penting untuk membangun infrastruktur lebih baik lagi.
Semoga kita semua bersiap menghadapi perubahan iklim ini dan mencegahnya bersama-sama. Sehingga dapat mengurangi bencana dan korban-korban akibat krisis iklim ini.